Kamis, 25 Desember 2008

Tanya dan Jawab(an) dalam A Cat In My Eyes

Judul buku ini A Cat In My Eyes. Buku ini dapat tuntas terbaca dalam waktu dua hari (atau kurang dari itu pun bisa), karena bahasa visualnya berupaya mengajukan beragam tanya dengan sederhana. Namun demikian, perenungan lebih lanjut tentang isi buku akan meninggalkan jejak jawaban yang dapat berubah kembali menjadi siklus tanya. Tidak ada yang mutlak dengan jawaban terhadap fenomena-fenomena sosial di seputar daur kehidupan.

Fahd mengajak kita untuk menjadi pembaca aktif dengan bertanya, entah tentang topik tulisannya yang tersaji dengan cukup apik ataupun juga menggunakan tanya sebagai titik tolak kontemplatif untuk berani melakukan introspeksi dalam diri, mengembangkan kecerdasan interpersonal. Sesuai dengan jargonnya : “Karena Bertanya Tak Membuatmu Berdosa.” Sudah bijakkah aku menilai suatu hal?, dan mulai belajar memahami sudut pandang penilaian berbeda dari orang lain, kemudian ikut pula menghargainya. A Cat In My Eyes berhasil membuat kita belajar dari sifat kucing yang lebih “individualis”, tetap waspada terhadap berbagai hal di sekeliling lalu melihat ke dalam diri dahulu sebelum beranjak keluar untuk menilai suatu hal kemudian memutuskan untuk “take action”. Akan tetapi, tidak berarti pula rangkaian kehidupan terlepas dari sosialita yang terus bergerak, tidak berhenti. Bukankah mata kucing selalu awas, teliti, dan penuh selidik

Hidup, cinta dan Tuhan menjadi satu paket bahasan, yang ketiganya memang tampak mustahil bila terpisahkan, dan serupa paket komplit apabila dipersatukan. Tak kan kering tinta tertoreh untuk menarasikannya. Rangkaian penggambaran ketiga pokok bahasan tersebut dalam cerita, prosa ataupun sekedar sketsa, akan dapat menghasilkan jawab(an) yang terus berkembang mengikuti alur rasa dan pikiran tiap-tiap penikmatnya.

Buku ini terdiri dari dua puluh tujuh judul yang tampak acak seperti potongan puzzle yang mengajak kita untuk menyusunnya sendiri agar dapat mengerti jawab(an) bermakna, menilik ulang dan mencari jawab(an) lain yang kita yakini. Ke dua puluh tujuh judul karya Fahd memang menawarkan pilihan untuk menyetujui bahwa tingkat pencapaian seorang manusia dalam kehidupan diawali dengan kemampuan merumuskan pertanyaan yang berkualitas, dan memperoleh jawaban-jawaban logis dari pertanyaan tersebut.

Cerita Tubuh (hlm.1) yang menyajikan makna cinta pada kekasih, arti hakiki cantik, juga tentang waktu, yang kesemuanya tentu tidak dipahami secara seragam oleh semua orang. Makna memiliki kebahagiaan dengan berbagi tawa bersama orang terkasih dapat ditilik pada Everybody’s Happy in His Own Way (hlm.55). Narasi Dendam (hlm.127) memaparkan konsekuensi dari kejadian yang berbuah dendam, sehingga mempengaruhi relasi secara hebat dengan kekasih, memiriskan situasi relasi.

Pokok bahasan tentang Tuhan beserta sifat adil-Nya yang mutlak, bagaimana kita dalam keseharian memaknai keberadaan Tuhan, kepluralan agama bahkan celetukan pertanyaan (yang menurut saya ditujukan kepada salah seorang ustad ternama) tercipta dalam Ke Manakah Kau Siang Tadi, Tuhan? (hlm.85), Pertem(p)u(r)an dengan Tuhan (hlm.87), Percakapan yang Harus (terus menerus) Tertunda (hlm.95), Keberagam(a)an (hlm.123) serta Pertanyaan untuk J (hlm.103).

Narasi menarik tentang makna perbandingan perilaku kucing dan manusia dalam keseharian, tergambarkan pada A Cat in My Eyes dan A Cat in Your Eyes. Sikap dan sifat kucing yang dapat mengalahkan manusia yang kerap alpa dengan sifat kemanusiaannya sendiri. Begitu pula dengan manusia yang sudah nerperilaku menyimpang dari norma ataupun keharmonisan hidup secara umum, dimuat dalam Psikopati (hlm.75)dan Skizofrenia (hlm.115).

Secara garis besar, A Cat in My Eyes memberi penyegaran tersendiri di tengah hiruk-pikuknya ritme hidup yang berjalan cepat, maupun terasa lambat bergantung pada penilaian kita sendiri sebagai subyek utama, pelakon hidup yang sebenarnya. Sedikit koreksi yang dapat saya sampaikan tentang kesalahan penulisan secara redaksional beberapa kosakata yang luput dari proses pengamatan ulang, namun sudah pasti hal ini tidak mengubah makna dari isi yang coba disampaikan Fahd dengan lugas. Jadi, siapkah anda terus bertanya dan menentukan pilihan jawab(an) dalam hidup? (*)



Cover Depan

Cover Belakang


Dian Andra Rizki H

Penggemar buku,
Tinggal di Surabaya

Kamis, 11 Desember 2008

Happy

Be, happy everyday...

Thanks for one of my dear friend,

I hope, you can stay be Bee, and so do I.

Rabu, 10 Desember 2008

Mbok Gendong

Aku salut dengan Mbok Gendong di Pasar Bringharjo, Jogjakarta. Dengan sekali angkut barang dagangan pasar seberat 50 kilogram, naik turun tangga, dan dilakukan berkali-kali hanya menyisihkan upah Rp.1000,- ; dalam sehari pun ia membawa pulang Rp.15.000,- apalah arti uang sebesar itu, habislah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Usia yang tak bisa lagi dikatakan muda, memiriskan rasa menilik realita sosial semacam ini.
Mbok Gendong, semoga asamu setegar ragamu. Dan yakinlah akan kehidupan yang lebih baik setelah ini. Amiin.