Jumat, 20 Maret 2009

wiSuda



Saat prosesi wisuda, aku ngrasa masih jadi ank kecil yang masih kurang berbekal cukup...

Minggu, 08 Maret 2009

Bahan renungan dari Fahd

1. Apa yang paling bermakna dalam hidup?
2. Apa yang akan kita lakukan bila segera setelah kita tahu apa yang semestinya kita lakukan dalam hidup tapi kita tak punya cukup waktu untuk melakukannya, sebab kita akan segera kehilangan apa yang selama ini kita sia-siakan?
3. Apa itu takdir? Bisakah kita melampaui atau memilih takdir?

silahkan dijawab sendiri, dengan sederhana saja...

Cermin

Jika kau hanya punya satu cermin dan cermin itu retak, bagaimana?
Jika selama ini dirimu harus cepat mengobati hatimu yang serasa retak berkeping-keping, bagaimana?, karena orang lain tentu tak mau peduli dengan apa yang kau rasa. Puih!!
Jika kau sedang kangeenn dengan seseorang, tapi tak mungkin tersampaikan, apakah dia juga merasa?
Bodoh.
Jika kau mengagumi seseorang, padahal kau sendiri sudah terikat komitmen untuk layak memperjuangkan apa yang patut diperjuangkan dengan seseorang lain yang setia mengisi hari-harimu, apakah kagum itu boleh?
Boleh.
Kalau ditambah mengharap?
O..o, emang mau main api, main hati, semua tersakiti, dan kamu tidak bisa berpura-pura
Jadi, mana yang kamu pilih?
Dua-duanya, kalau bisa..
Mimpi kali, mana bisa-satu saja ini masih gamang.
Ya, aku berdoa aja deh, minta kemudahan dan petunjuk.
Ikhtiarnya?
Keep on moving, entah esok, aku tak tau-hanya minta dipasangkan yang terbaik. Jodoh itu misteri, bukan?
He-eh.

Penghentak

Kawan, pernahkah dirimu belajar dari kejadian penghentak?
Ya, kejadian menghentak-mu seketika, membuatmu melakukan introspeksi kilat dan menggunakan kecerdasan interpersonal terhadap dirimu sendiri.
“Ga, lagi-lagi deh..”
“Besok, pasti ga kuulangi..”
“ups..janji..janji..janji!”
Tiap orang pasti punya pengalaman ya…
Aku sih, sering dari kecil sampai aku segede ini, sering dimarahin mama (yang doyan banget ngomelin anak-anaknya), jadilah itu sebagai insiden yang menghentak, rupa-rupa macamnya-udah teledor ngilangin kalung pas jaman SD, ngilangin dasi, topi,-terus habis gitu, dimarahin habis-habisan, karena dengan dimaeahi itu aku jadi ngrasa amat sangat bersalah, jadinya aku tulus berjanji dalam hatiku ga ngulangi lagi, bakal lebih primpen.
Kalau kejadian yang aktual-baru saja, so masih hangat-hangat tai ayam, waktu aku masih mahasiswa, dimarahi dosen pembimbing skripsi, gara-gara telat balikin buku yang aku pinjam untuk referensi. Sejak saat itu, aku janji untuk tepat waktu ngembaliin buku-buku yang aku pinjam. Baru sadar pentingnya untuk ga sekali-kali nunda-nunda ngembaliin buku orang. Pelajarannya : berhati-hatilah jika ingin pinjam buku pada dosenmu.
”Ga, lagi-lagi deh..., dan rangkaian janji pada diriku sendiri itu sudah ku tepati, seperti ngembalin buku-buku perpus (yang kebanyakan dulu aku ambil ga pake bilang-habis mepet, buat referensi sih!, kan yang penting dibalikin.)
Ada lagi kejadian kemarin- pas kecelakaan kemarin, waduh, ga lagi-lagi deh buru-buru sok dikejar-kejar waktu, makanya ga bisa mikir bener, nentang arus, dan ”Gedubbrakkk...”, harus tanggung jawab benerin motor orang yang kutabrak sekaligus motorku pula. Waduh, tekor dua belas!, mana tabungan melayang gitu aja.
Semua pengalaman itu bakal mendewasakan kita, kalau kita sadar & mau belajar. Jadi, diambil hikmahnya aja, k-lo ga gini kan ga bakalan insaf. Kita perlu warning-warning seperti ini dalam hidup.
So, what accident has been shocking you?